Media Cetak dan Kesehatan Mental
Oleh: *Murni Simarmata
Pada pertengahan 2016 CEO Google, Sundar Pichai, membuat pengakuan
mengejutkan. Kendati memimpin sebuah perusahaan raksasa berbasis
internet, eksekutif puncak berkebangsaan India tersebut rupanya masih
mengandalkan media cetak sebagai bahan bacaan di pagi hari.
"Believe it or not, I read a physical paper every morning," katanya dalam sebuah wawancara dengan vox.com sebagaimana ditayangkan secara utuh di channel Youtube dengan username Recode.
Sekitar dua tahun kemudian kompas.com
mengulas lebih utuh rutinitas pagi hari pimpinan tertinggi Google
tersebut dan mengaitkannya dengan hasil-hasil penelitian terbaru.
Pembaca
terlebih dahulu diberi gambaran tentang beban besar yang dipikul Sundar
Pichai sebagai pimpinan tertinggi perusahaan multinasional: mengawasi
85.000 karyawan di 5 benua dengan target menciptakan pertumbuhan jangka
panjang dalam bisnis Google.
Tekanan
tinggi di tempat kerja yang dibarengi dengan target-target prestisius
merupakan salah satu sumber stres sebagaimana telah banyak kita simak
dalam perbincangan tentang kesehatan
mental dalam beberapa hari ini di berbagai media. Karena itulah Sundar
Pichai sejak bangun pagi berusaha menjaga suasana hatinya (mood),
merawat memori dan fleksibelitas otak.
Berbeda dengan kebanyakan
pimpinan perusahaan yang biasanya menyibukkan diri sejak pagi dengan
membuka email atau membaca laporan para bawahan melalui media sosial,
Pichai menikmati paginya dengan segelas teh sambil membaca media cetak.
Mengapa media cetak? Kompas.com
memberi jawaban: membaca dapat meningkatkan fungsi otak secara
keseluruhan dan karena itu juga disarankan untuk tidak membuka media
sosial ketika mempersiapkan diri di pagi hari.
Keunggulan Media Cetak
Betapapun jawaban yang diberikan kompas.com
tersebut sesuai dengan hasil penelitian terbaru, tetapi masih perlu
dielaborasi lebih detail untuk menunjukkan keunggulan media cetak
mensimulasi
konsentrasi otak. Kita tahu, ulasan-ulasan di media cetak
relatif lebih mendalam dan lebih panjang.
Maka ketika membaca
media cetak (terutama buku) kita dengan sendirinya diarahkan lebih fokus
untuk mengikuti alur pikiran penulis, menemukan keterkaitan antar
gagasan pendukung dan gagasan utama, dan sebagainya.
Bacaan-bacaan
di media digital mayoritas pendek (ringkas) dan cenderung telah
menyuguhkan kesimpulan sejak pragraf pertama bahkan sejak dari judul.
Maka kita cenderung hanya membaca judul atau hanya membaca satu dua
pragraf, kemudian berpindah ke topik lain.
Kita baru saja men-klik
satu judul baru, tawaran berbagai judul lain telah muncul di berbagai
sisi perangkat digital. Karakter seperti ini justru membuyarkan
konsentrasi otak sehingga tujuan untuk melatih memori serta flesibilitas
otak di pagi hari tidak berjalan maksimal.
Terbantu Kompasiana
Agaknya
kita sepakat bahwa membaca media sosial dapat mengganggu mood di pagi
hari. Membaca komentar seorang rekan kerja, misalnya, dapat mengganggu
pikiran sehingga masalah-masalah di tempat kerja akhirnya mempengaruhi
suasana pagi.
Praktek
ini jelas tidak baik dalam usaha kita meningkatkan kerja otak sejak
pagi dan sebagai salah satu langkah penting dalam mengatasi gangguan
mental yang sangat potensial terjadi di era digital ini.
Apakah, dengan demikian, artikel-artikel di media digital (online)
mesti dihindari juga di pagi hari? Ulasan tentang keunggulan media
cetak di atas, pertama-tama dimaksudkan agar kita dapat memodifikasi
karakter media digital seperti karakter media cetak.
Cobalah
membuat target untuk mendalami sebuah topik melalui artikel-artikel di
media online. Dengan demikian otak kita akan diarahkan untuk berfokus
mengingat informasi-informasi penting dari berbagai artikel, merangkai
keterkaitan satu sama lain dan menganalisis informasi mana yang lebih
valid.
Sebagai contoh konkrit, satu bulan terakhir saya
menargetkan mendalami minimal satu topik per minggu. Untuk itu saya
sangat terbantu oleh media ini (kompasiana) yang secara berkala menerbitkan topik-topik pilihan bagi para penulis.
Saya
memilih topik-topik pilihan yang sesuai dengan minat dan memamfaatkan
artikel-artikel di media online (terutama di pagi hari) untuk menyerap
sebanyak mungkin informasi tentang topik pilihan tersebut.
Ketika
kita merasa memiliki pengetahuan memadai tentang sebuah topik, akan
muncul dorongan untuk menuliskannya. Anda tentu telah banyak menyimak
berbagai hasil penelitian bahwa menulis merupakan salah satu cara paling
efektif melatih kerja otak dan menghilangkan stres (healing theraphy).
Cobalah
sisihkan sedikit waktu untuk menuliskan gagasan-gagasan anda dan segera
rasakan manfaatnya membangun aura pikiran positif yang kerap
terdistorsi oleh berbagai aktivitas di media sosial. Semoga bermanfaat. untuk lebih jelas membaca seluruh artikel Murni Simarmata silahkan kunjungi: Kompasiana murni simarmata
* Penulis merupakan Dosen di Aro Gapopin dan Aktif Mengajar di SMK Yadika 2 Jakarta
0 Response to "Media Cetak dan Kesehatan Mental"
Posting Komentar